seribu badai luka menerjang aku dengan pedang pedangnya
mengiris, menusuk, dan mencabik cabik tubuhku,
aku menari nari diatas rintihan dan luka
aarrggkkhh...aku meronta ronta
hingga darahku berceceran
lalu kupunguti tetesan demi tetesan kedalam kantong segi empat berwarna bening supaya berubah menjadi merah menggelora, menyala, dan membara
kemudian kucecar darah merah kentalku yang menggumpal itu diantara bebatuan besar yang menua agar menyala menjadi kobaran api besar
sebagai senjata pemecah belah petir petir yang menggelegar
dguaarrrr !!!
darah merahku
mendidih sampai keubun ubun
ketika jemari tanganku mengepal pertanda peperangan telah dimulai.
mengiris, menusuk, dan mencabik cabik tubuhku,
aku menari nari diatas rintihan dan luka
aarrggkkhh...aku meronta ronta
hingga darahku berceceran
lalu kupunguti tetesan demi tetesan kedalam kantong segi empat berwarna bening supaya berubah menjadi merah menggelora, menyala, dan membara
kemudian kucecar darah merah kentalku yang menggumpal itu diantara bebatuan besar yang menua agar menyala menjadi kobaran api besar
sebagai senjata pemecah belah petir petir yang menggelegar
dguaarrrr !!!
darah merahku
mendidih sampai keubun ubun
ketika jemari tanganku mengepal pertanda peperangan telah dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar