Senin, 26 Desember 2011

LATAR BELAKANG BUDAYA MELAYU JAMBI




AL. Kroeber dalam bukunya Anthropologi menyebutkan bahwa ada 8 (delapan) ras terpenting di dunia yakni Ras Caucasoid, Mongoloid, Negroid, Bushman, Veddoid, Austroloid, Polynesian; dan Ras Ainu. Jauh sesudah zaman Es maka Ras Mongoloid menyebar keselatan benua Asia bahkan sampai ke benua Amerika melalui selat Bering. Salah satu sub-ras Mongoloid adalah Malayan Mongoloid yang mendominasi penduduk Asia Tenggara lautan dan daratan Masyarakat yang berbudaya Melayu merupakan percampuran dari hasil perpaduan orang Austro-Melanisoid dari selatan dengan Paleoo-Mongoloid dari utara. Dengan dasar ini maka manusia Melayu adalah percampuran antara banyak sub-ras manusia dan perpaduan antara banyak macam pengaruh kebudayaan sejak 10.000 SM.

Manusia Anstro-Melanisoid pada mulanya menempati kawasan dekat pantai dan sungai-sungai, hidup di dalam goa batu kerang stau abris sous roches. Sekarang lokasi goa goa batu karang terletak jauh di pedalaman. Goa ini dijumpai di Sumatera (Jambi, Medan, Langsa/Aceh), Sulawesi, Irian, Kedah dan Pahang Malaysia.

Migrasi manusia Ras Mongoloid masuk perairan Asia Tenggara melahirkan manusia Proto Malay (Melayu Tua) dan Deutro Malay (Melayu Muda). Tapi tidak dapat diketahui kepastian kapan penyebaran itu dimulai, ahli sejarah hanya menghasilkan interpretasi terhadap temuan benda-benda budaya yang tinggalkan Ini pun jumlahnya sangat terbatas sehingga terbatas pula apa yang dapat diungkapkan.

Diperkirakan migrasi Paleao-Mongoloid ke Asia Tenggara terjadi dalam periode Prasejarah yang sangat panjang antara tahun 10.000 SM sampai tahun 2.000 SM Di Asia Tenggara manusia Paleao Mongoloid ini bertemu dengan manusia Austro-Melanisoid yang melahirkan manusia Proto Malay. Pada masa Indonesia memasuki zaman logam, maka antara tahun 2000-500 SM dan antara tahun 500 SM - sampai menginjak awal abad Masehi terjadi lagi migrasi penduduk dari daerah Tonkin, Dongson di pegunungan Bascon-Hoabinh, Vietnam ke Asia Tenggara lautan. Penyebaran manusia pada periode ini adalah percampuran manusia Proto Malay dengan Ras Mongoloid yang melahirkan manusia Deutro Malay.

Manusia Proto Malay mengembangkan kebudayaan batu tua yakni Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong. Kapak Persegi disebut Kapak Genggam atau Kapak Sumatera, sedangkan kapak lonjong disebut Kapak Pendek. Peralatan hidup manusia Proto Malay antara lain adalah alat-alat mikrolit, serpihan batu obsidian. Manusia Deutro Malay di Indonesia mengembangkan kebudayaan. Manusia Deutro Malay sangat penting artinya bagi sejarah penyebaran suku bangsa di Indonesia karena mereka inilah yang dianggap sebagai cikal bakal Orang Melayu dan Kebudayaan Melayu.

Kebudayaan Dongson masuk Indonesia melalui 2 (dua) arah. Pertama dari Vietnam menyebar ke Kamboja, Thailand, Malaysia, Sumatera, Jawa, dan menuju ke Nusa Tenggara. Di daerah inilah berkembang kebudayaan Kapak Persegi atau Kapak Genggam stan Kapak Sumatera. Kedua, dari daratan Asia, menuju Taiwan, Filipina, Sulawesi, Maluku dan Irian berkembang kebudayaan Kapak Lonjong. Untuk pulau Sumatera telah teridentifikasi paling kurang ada 6 etnik tertua antara lain:
1) Suku Kerinci di kaldera danau Kerinci.
2) Suku Besemah (Pasemah) di lembah Dempo.
3) Suku Ranau di Lampung disekitar danau Ranau
4) Suku Minang di lembah danai Singkarsk/Maninjau.
5) Suku Batak Toba di danau Toba.
6) Suku Alas Gayo di tanah Gayo Aceh.

Sejak ratusan tahun lampau wilayah Jambi telah dihuni oleh etnis Melayu seperti Suku Kerinci, Suku Batin, Suku Bangsa Duabelas, Suku Penghulu, dan Suku Kubu atau Suku Anak Dalam. Pada masa lampau mereka ini telah melatar-belakangi perkembangan bahasa Melayu, budaya Melayu, maupun pasang naik dan turun kerajaan Melayu di daerah Jambi. Begitu pula halnya mereka telah melewati perjalanan sejarah yang teramat panjang diawali masa Pra Sejarah, Melayu Budhis, dan Melayu Islam, sampai masa perjuangan melawan penjajah dan periode kemerdekaan.

Sebelum abad Masehi etnis Melayu di Jambi telah mengembangkan suatu corak kebudayaan Malaya Pra Sejarah di wilayah pegunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan ini antara lain adalah Suku Kerinci. Orang Kerinci diperkirakan telah menempati kaldera danau Kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum. Pada zaman dahulu yang dimaksud dengan wilayah Kerinci adalah mencakup daerah yang disebut dalam adat Jambi sebagai Kerinci Atas dan Kerinci Rendah. Istilah Kerinci berawal dari kata Korintji yang artinya negeri di atas bukit. Diperkirakan sekitar awal abad 1 Masehi agama Budha mulai hadir di daerah Jambi. Kehadiran agama Budha ini telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak Kebudayaan Melayu Budhis. Kebudayaan ini diidentifikasi sebagai corak kebudayaan Melayu Kuno. Kehadiran Kebudayaan Melayu Budhis ini di daerah Jambi menempati rentang waktu (periode) yang panjang, yaitu:
1) Masa munculnya agama Budha sekitar abad 1 Masehi.
2) Masa perkembangan sekitar ahad 4-6 Masehi.
3) Masa kejayaan sekitar abad 6-11 Masehi.
4) Masa menurun sekitar 11-14 Masehi.
5) Masa tenggelam sekitar abad 14-19 Masehi.
6) Masa muncul kembali sekitar awal abad 20 Masehi hingga sekarang.

Pada, masa kebudayaan Melayu Budhis mulai mundur, maka bersamaan periodenya kebudayaan Melayu Islam mulai berkembang. Kehadiran Islam di Jambi diperkirakan terjadi pada akhir abad 7 M sampai sekitar awal abad 11 M. Pada awal abad 11 M, ajaran Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau Berhala dipandang sebagai pulau yang teramat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Kehadiran Islam ini telah membawa perubahan mendasar bagi kehidupan sosial/masyarakat Melayu Jambi. Agama Islam secara pelan-pelan tapi pasti, mulai menggeser kebudayaan Melayu Budhis sampai berkembangnya suatu corak Kebudayaan Melayu Islam.

Dewasa ini dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Jambi lebih dominan unsur Islaminya. Di dalam hal kebiasaan tradisi terlihat adanya akulturasi antara unsur kebudayaan yang Islami dengan corak Melayu Kuno yang Budhistis. Unsur-unsur kebudayaan Melayu Jambi antara lain adalah sebagai berikut (Fachruddin Saudagar, 2006):
1) Upacara Kepercayaan Tradisional.
2) Sistem Masyarakat.
3) Gotong Royong
4) Perkawinan.
5) Kepemimpinan.
6) Pendidikan.
7) Bahasa.
8) Kesenian.
9) Pergaulan Muda Mudi.
10) Mata Pencarian.
11) Bangunan.
12) Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi).
13) Permainan.
14) Pengelolaan Sumberdaya Alam.
15) Makanan dan Minuman.
16) Ilmu Pengetahuan.
17) Pajak Negeri.
18) Hukum Adat.
19) Pengobatan tradisional.

Dari berbagai sumber, diantaranyo dari buku Anthropologi (AL. Kroeber), dan beberapa artikel hasil penelitian Fachruddin Saudagar (Peneliti Sejarah dan Budaya Melayu Jambi).

Tidak ada komentar: